Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

Paket Wisata Jogja Walking Trip Ndalem Pangeran Suryowijayan

Traveling to Jogja will be more meaningful if we get to know its life and culture more closely. We will accompany you on your journey through the villages in Yogyakarta. The Sekarniti Gedongkiwo tourist village is in the city of Yogyakarta. very representative for you to find the meaning of travel. Harga mulai Rp.75.000.- Kampung  ndalem kepangeranan Suryowijyan menyuguhkan landskape komplit  kehidupan kampung kota Yogyakarta. itinerary:  welcome drink - teras pokdarwis herytage - ndalem pangeran suryowijaya gang luar cepuri sambang umkm  sambang kelompok tani  ledok mbrantan winongo galeri mien brodjo close fasilitas: snack- jadah manten & bakpia lestari minum - kunir asem & jaseruk (jahe, sere, jeruk) guide local p3k whatsapp  

Kunjungan Wisata

 

Kunjungan Wisata Dimas Diajeng Kota Yogyakarta

kang Ipin pemandu lokal bersama peserta Dimas Diajeng selepas mengunungi cagar budaya Pendopo Condronegaran. Pak Agung, Bu Sinta dan Kang Ipin pemandu lokal  kampung wisata Sekar Niti Gedongkiwo Ygyakarta. kang Ipin saat sebelum foto bersama peserta Dimas Diajeng di lokasi Mina Julantara.   

Paket Wisata Jogja Bersepeda

Berwisata ke Jogja akan lebih bermakna bila kita mengenal lebih dekat kehidupan dan budayanya.   Kami akan menemani perjalananmu menyusuri kampung di Yogyakarta.  Kampung wisata Sekarniti Gedongkiwo berada di kota Yogyakarta. Sangat representatif untuk kamu menemukan makna  berwisata. Traveling to Jogja will be more meaningful if we get to know its life and culture more closely. We will accompany you on your journey through the villages in Yogyakarta. The Sekarniti Gedongkiwo tourist village is in the city of Yogyakarta. very representative for you to find the meaning of travel. whatsapp

Masjid Tawangsari Peninggalan Pangeran Puger

Masjid tersebut adalah masjid Tawangsari yang dibangun oleh Gusti Pangeran Arya Puger yang merupakan putera dari Sultan Hamengkububowono ke IV. Menurut Takmir Masjid Tawangsari, HM Fadlan, Masjid tersebut dibangun pada tahun 1878 Masehi. Awal pendirian masjid tersebut terjadi ketika Gusti Pangeran Arya Puger berkata kepada abdi dalemnya bahwa jika meninggal jenazahnya ingin dimakamkan di Kampung Dukuh.

Joglo Ndalem Condronegaran

 

Joglo Ndalem Suryowijayan

Dalem Suryowijayan (Dalem Mangkudipuran) berada di selatan Benteng Baluwarti (timur Plengkung Nirbaya). Bangunan ini memiliki kesamaan nama dengan bangunan lain dengan nama Dalem Suryowijayan. Dalem ini juga dikenal sebagai Dalem Mangkudipuran. Mulanya, Dalem ini merupakan tempat tinggal GBPH. Suryowijoyo, putra ke 21 Hamengku Buwono VIII. Meskipun sebagai kediaman pangeran, dalem ini tidak serta merta dijadikan nama wilayah seperti dalem lainnya. Gaya arsitektur dalem pangeran di Yogyakarta didominasi oleh gaya tradisional Jawa, tak terkecuali Dalem Suryowijayan ini. Langgam bangunan tradisional Jawa yang dapat dijumpai pada bangunan ini antara lain adanya kuncungan (kanopi) yang menggunakan atap bertipe kampung. Seperti dalem pada umumnya, kuncungan biasanya terhubung langsung dengan pendapa yang beratap joglo sinom. Pada bagian pendapa tersebut juga dapat dijumpai lampu robyong yang menggantung pada dada paesi. Pada dalem ini, masih dapat dijumpai pasren dengan keberadaan patung Lor...

Pojok Benteng Kulon

Pojok Benteng Kulon tersambung dengan Plengkung Jagabaya dan Plengkung Nirbaya, penyambungnya adalah tembok benteng yang disebut Baluarti atau baluarte jika dalam Bahasa Portugis (Denys Lombard). Tembok keliling didesain dan dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), pendiri Kasultanan Yogyakarta. Usia bangunan Pojok Banteng Kulon kurang lebih sama dengan Tamansari.

Gapura Plengkung Jaga Baya

Plengkung Jagabaya adalah pintu masuk sisi barat Benteng Baluarti. Plengkung Jagabaya dirombak menjadi gapura terbuka pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939). Perombakan tersebut bebarengan dibongkarnya pintu sisi timur yaitu Plengkung Madyasura yang ditutup lama oleh sebab Geger Sepehi.

Sejarah & Asal-Usul Kampung Gedongkiwo

Nama Kampung Gedongkiwo berasal dari nama abdi dalem Gedhong atau abdi dalem Nayaka Gedhong. Abdi dalem Nayaka Gedhong Kiwa bertugas mengkoordinasikan beberapa kelompok abdi dalem Kraton antara lain abdi dalem urusan srati (pawang gajah), pelatih kuda tunggangan, penatah, juru sungging, penata gendhing, niyaga, dalang, pesinden, penjaga pesanggrahan, kenek dan kusir kereta. Kanayakan tersebut dulu dipimpin oleh seorang Bupati Nayaka Tumenggung Puspanegara dan Tumenggung Mangunegaro. Karena keberadaan Nayaka Gedhong Kiwo maka akhirnya daerah tersebut kemudian dikenal dan dinamakan sebagai Gedongkiwo.