Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label sejarah gedongkiwo

Masjid Tawangsari Peninggalan Pangeran Puger

Masjid tersebut adalah masjid Tawangsari yang dibangun oleh Gusti Pangeran Arya Puger yang merupakan putera dari Sultan Hamengkububowono ke IV. Menurut Takmir Masjid Tawangsari, HM Fadlan, Masjid tersebut dibangun pada tahun 1878 Masehi. Awal pendirian masjid tersebut terjadi ketika Gusti Pangeran Arya Puger berkata kepada abdi dalemnya bahwa jika meninggal jenazahnya ingin dimakamkan di Kampung Dukuh.

Joglo Ndalem Condronegaran

 

Joglo Ndalem Suryowijayan

Dalem Suryowijayan (Dalem Mangkudipuran) berada di selatan Benteng Baluwarti (timur Plengkung Nirbaya). Bangunan ini memiliki kesamaan nama dengan bangunan lain dengan nama Dalem Suryowijayan. Dalem ini juga dikenal sebagai Dalem Mangkudipuran. Mulanya, Dalem ini merupakan tempat tinggal GBPH. Suryowijoyo, putra ke 21 Hamengku Buwono VIII. Meskipun sebagai kediaman pangeran, dalem ini tidak serta merta dijadikan nama wilayah seperti dalem lainnya. Gaya arsitektur dalem pangeran di Yogyakarta didominasi oleh gaya tradisional Jawa, tak terkecuali Dalem Suryowijayan ini. Langgam bangunan tradisional Jawa yang dapat dijumpai pada bangunan ini antara lain adanya kuncungan (kanopi) yang menggunakan atap bertipe kampung. Seperti dalem pada umumnya, kuncungan biasanya terhubung langsung dengan pendapa yang beratap joglo sinom. Pada bagian pendapa tersebut juga dapat dijumpai lampu robyong yang menggantung pada dada paesi. Pada dalem ini, masih dapat dijumpai pasren dengan keberadaan patung Lor...

Pojok Benteng Kulon

Pojok Benteng Kulon tersambung dengan Plengkung Jagabaya dan Plengkung Nirbaya, penyambungnya adalah tembok benteng yang disebut Baluarti atau baluarte jika dalam Bahasa Portugis (Denys Lombard). Tembok keliling didesain dan dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), pendiri Kasultanan Yogyakarta. Usia bangunan Pojok Banteng Kulon kurang lebih sama dengan Tamansari.

Gapura Plengkung Jaga Baya

Plengkung Jagabaya adalah pintu masuk sisi barat Benteng Baluarti. Plengkung Jagabaya dirombak menjadi gapura terbuka pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939). Perombakan tersebut bebarengan dibongkarnya pintu sisi timur yaitu Plengkung Madyasura yang ditutup lama oleh sebab Geger Sepehi.

Sejarah & Asal-Usul Kampung Gedongkiwo

Nama Kampung Gedongkiwo berasal dari nama abdi dalem Gedhong atau abdi dalem Nayaka Gedhong. Abdi dalem Nayaka Gedhong Kiwa bertugas mengkoordinasikan beberapa kelompok abdi dalem Kraton antara lain abdi dalem urusan srati (pawang gajah), pelatih kuda tunggangan, penatah, juru sungging, penata gendhing, niyaga, dalang, pesinden, penjaga pesanggrahan, kenek dan kusir kereta. Kanayakan tersebut dulu dipimpin oleh seorang Bupati Nayaka Tumenggung Puspanegara dan Tumenggung Mangunegaro. Karena keberadaan Nayaka Gedhong Kiwo maka akhirnya daerah tersebut kemudian dikenal dan dinamakan sebagai Gedongkiwo.

Peta Zaman Dahulu Gedongkiwo

 

Masa Lalu Gedongkiwo